Anata

Uchiha Sasuke memutuskan berkelana untuk melindungi desa setelah perang dunia shinobi selesai. Pulang amat jarang ia lakukan, tapi Naruto tahu cara agar Sasuke pulang ke desa dan menemui istrinya Uchiha Sakura.


.
Itadakimasu.......: )
.
.
.
.
.
.
.
 
Disclaimer : Masashi kishimoto

Genre : Romance/Family

Rated : T

Author : Amus
 
Anata 

Aroma basah akan hujan menyeruak membelah malam hari ini. Rintik nya menjadi lagu pengiring malam ini. Beberapa kali kilat dan petir bersahutan untuk menambah irama. Begitu pula dengan angin yang dengan kencang berlarian ke sana dan kemari.

Malam ini seperti malam-malam biasanya. Bagi Sakura untuk memastikan bahwa putrinya telah terlelap. Rasa khawatir nya muncul bahwa mungkin hujan akan mengganggu tidur putrinya. Namun sepertinya Sarada terlalu lelah akan latihannya hari ini bersama team nya.

Menutup pintu kamar Sarada. Sakura beranjak menuju dapur, sekadar membuat teh untuk dirinya sendiri. Entah mengapa ia begitu mengantuk malam ini, jika biasanya mungkin ia sudah terkubur dalam alam mimpi. Mungkinkah karena hujan di luar sana.

Ketika akan menggapai gelas miliknya, matanya menatap pada gelas yang berada tepat di sebelah nya. Sedangkan di lain sisi ada satu gelas lagi dengan ukuran lebih kecil. Benar, itu adalah gelas mereka bertiga. Gelas keluarga yang di beli Sakura kurang lebih tiga bulan yang lalu. Namun sampai sekarang satu gelas diantaranya belum pernah tersentuh.

Itu adalah gelas milik suaminya, Uchiha Sasuke yang entah saat ini berada di mana. Terakhir kali Naruto mengatakan bahwa Sasuke tengah menyelidiki sesuatu, tetapi bahkan itu sudah hampir dua bulan yang lalu. Sakura menghela napas, lalu kembali pada tujuan awalnya untuk membuat teh.




Sakura kini memilih untuk menetap di teras belakang. Di temani segelas teh hangat dan juga temaram dari lampu teras. Menatap sendu pada tetes-tetes air yang membasahi tanah. Acap kali kilauan petir hadir sebelum suara gemuruh dari langit. Tidak terlalu keras, tetapi mampu membuat siapa pun pasti akan berpikir dua kali untuk melangkah keluar rumah. Terlebih ini hampir tengah malam.

Hanyut pada penampilan hujan malam ini. Sakura tidak menyadari bahwa ada seseorang yang memasuki rumah. Seseorang yang kini telah berdiri di belakangnya, dan seseorang yang menghabiskan menit hanya untuk memandang punggung Sakura.

"Mengapa di luar?"

Sakura terkesiap akan suara yang di dengar. Ia baru sadar akan cakra seseorang yang sudah lama tak ia rasakan. Pada suara yang juga telah lama tidak ia dengar. Bergerak cepat, Sakura menoleh dan menangkap sosok pria dengan baju dan jubah yang basah menatap ke arah nya.

"Okaeri Sakura."

"Tadaima Anata."

Setelahnya senyuman merekah di tengah mereka. Sakura beranjak mendekati Sasuke. Menahan diri untuk tidak langsung menghambur pada pelukan nya, karena ia tahu suaminya harus membersihkan diri terlebih dahulu.

"Aku akan menyiapkan air hangat sebentar. Kau bisa mandi terlebih dahulu Anata, dan aku akan menyiapkan sup untuk menghangatkan tubuh mu."

Sasuke tidak protes, ia mengikuti ke mana Sakura melangkah. Hingga tepat berada di dalam kamar mandi Sasuke menghentikan pergerakan Sakura.

"Aku dapat melakukannya sendiri."

Sakura sedikit murung. Berpikir bahwa mungkin Sasuke tidak ingin Sakura membantunya. Bagaimana pun ini adalah tugasnya, tugas sebagai seorang istri. Mengapa Sasuke tidak ingin dirinya membantunya.

Lain sisi, Sasuke tidak ingin Sakura terlalu lelah. Ini sudah larut, dan seharusnya istrinya telah beristirahat. Namun di sini Sakura harus bekerja keras melayani dirinya. Mandi hanya masalah sepele bagi Sasuke, jadi ia bisa melakukannya sendiri.

"Ahh gomen. Aku akan keluar."

Sakura dengan lesu akan beranjak untuk keluar. Ia bahkan tidak yakin apakah Sasuke mau memakan masakannya atau tidak. Tetapi ia akan tetap menyiapkannya.

Sasuke sejenak melihat Sakura dengan bingung. Hingga pada akhirnya ia menangkap wajah lesu istrinya. Cepat ia memahami apa yang sebenarnya terjadi. Lantas ia menahan tangan Sakura yang berjalan melewatinya. Menariknya cukup kuat hingga kini mereka berdua berhadapan satu sama lain.

Cup

"Aku tidak ingin kau lelah."

Tersipu, Sakura benar-benar tersipu malu kali ini. Kecupan tiba-tiba yang diberikan Sasuke benar-benar membuatnya hilang kesadaran. Ini tidak seperti biasanya, apakah ini benar suaminya?

"Jadi siapkan saja supnya, aku sangat lapar Anata."

Lagi, ini adalah serangan kombo dari seorang Uchiha Sasuke. Anata, Anata, Anata. Ini pertama kalinya Sasuke memanggilnya dengan nama panggilan tersebut. Karena memang selama ini hanya Sakura yang menggunakannya. Wajah Sakura kini praktis menajdi merah semerah buah kesukaan suami dan anaknya.

Sedangkan Sasuke sebenarnya sangat gemas dengan ekpresi sang istri. Mungkin Sakura tidak sadar bahwa ekpresinya kini mampu membuat efek yang luar biasa bagi Sasuke. Namun Sasuke masih menahan diri, ia ingin membersihkan diri terlebih dahulu dan mengisi energi. Ia begitu merindukan masakan Sakura jika saja ia boleh jujur.

Cup

Sakura kembali terkesiap. Kali ini bahkan tidak hanya kecupan. Tetapi sebuah ciuman yang bahkan kini menjadi sebuah lumatan. Sasuke menarik kepala Sakura untuk semakin mendekat. Mengunci pergerakan sang istri yang mungkin mulai sadar akan apa yang terjadi.

"Enghh mmphhh"

Lenguhan Sakura mulai terdengar. Menjadi bahan bakar untuk Sasuke melanjutkan aksinya. Kini tangannya bergerak turun menuju pinggang Sakura. Memijatnya penuh penekanan untuk memancing gairah sang istri. Namun ia rasakan dorongan dari sang istri, sampai ia rasakan Sakura menggigit bibirnya kuat. Membuat lumatan mereka terlepah.

"Enghh ahhh hahh Anatahhh"

Sakura kehabisan napas, berusaha untuk mendapatkan napasnya kembali. Tangannya dengan erat menahan dada Sasuke. Bibirnya kini basah akan saliva entah milih siapa. Belum lagi rambutnya yang berantakan. Mutlak membuat Sasuke kini menjilat bibirnya sendiri. Tangannya masih setia berada di pinggang Sakura, dan kini ia meremasnya lagi.

"Anatahh"

Sasuke kini kembali mendekat. Nyatanya tenaga Sakura tidak begitu berarti. Entah karena Sasuke yang memang sangat ingin atau mungkin Sakura juga ingin. Tapi siapa yang peduli.

Sasuke mengecup sebentar pipi Sakura. Lalu menjalar meniup telinga Sakura dan menggigit gemas dan terakhir menjilat daun telinga Sakura. Praktis membuat tangan Sakura makin erat menggenggam baju Sasuke pada bagian dada. Menahan rasa geli dan nikmat yang becampur.

"Saku, siapkan sup ku atau kau yang akan ku makan saat ini."

Bisikan Sasuke pada telinganya membuat Sakura merinding. Butuh waktu beberapa detik untuk ia menangkap bisikan Sasuke.

"Ak- aku akan membuat sup!"

Sakura baru saja ingin beranjak. Namun nyatanya ia masih terkunci dalam dekapan Sasuke. Tangan Sasuke masih merengkuhnya, menahan ia untuk pergi. Hingga Sakura memandang wajah suaminya. Meminta untuk di lepaskan.

"Sakura."

Sakura hanya menunduk menjawab panggilan Sasuke. Ia menyadari bagaimana pandangan suaminya saat ini. Itu benar-benar tergambar dengan jelas. Suaminya sedang bergairah. Apakah cuaca hujan mampu merubah suaminya.

"Jangan membuat ekpresi seperti itu pada siapapun atau kau akan ku hukum."

Sakura sebenarnya tidak mengerti akan maksud ucapan dari Suaminya. Namun kalimat setelahnya membuatnya merinding dan segera melarikan diri menuju dapur.




Sakura kini sedang sibuk memasak sup tomat untuk suaminya. Namun tidak seperti biasanya ketika ia memasak. Beberapa kali pikirannya teralihkan. Salahkan pada suaminya yang membuatnya jadi tidak fokus untuk memasak.

"Sasuke no baka!"

Beberapa kali Sakura mengumpat. Menyalahkan suaminya, bahkan sampai saat ini jantungnya masih berdetak sangat cepat. Namun sebenarnya ia juga menyukainya, ini memang keinginannya. Tapi benar-benar mengejutkan, mengapa Sasuke tiba-tiba bersikap seperti itu. Masih jelas terngiang di kepalanya ucapan Sasuke terakhir kali.

"Segera siapkan sup atau aku akan membuatmu tidak bisa berjalan seminggu."

"Shannaroooo apa yang merasuki Sasuke-kun sebenarnya."

Kembali Sakura menjadi merah dan uring-uringan. Hingga ia tidak menyadari bahwa Sasuke telah selesai mandi dan sekarang sedang memperhatikannya dari meja makan. Duduk tenang dengan senyum tipis menonton istrinya yang tersipu malu ternyata menyenangkan.

"Ternyata Dobe benar."

.
.
.
.
.
.
.
Fin.....




.

Omake

Suasana kedai ramen di salah satu desa terpencil cukup ramai. Mungkin karena ini adalah satu-satunya kedai ramen yang tersedia. Di sana dua orang pria sedang berbincang satu sama lain.

"Ku rasa ini ada hubungannya dengan otsutsuki, tapi aku belum yakin."

Sasuke menjelaskan bagaimana hasil dari penyelidikannya selama ini. Di hadapannya saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah Hokage dan sekaligus sahabatnya dan juga istrinya, Naruto. Mereka bertemu untuk memberikan informasi satu sama lain.

"Hmm baiklah. Apa kau tidak berniat untuk pulang? Kau tidak kasihan pada Sakura-chan atau Sarada-chan?"

Sasuka terdiam sesaat. Menyesap ocha yang sebelumnya ia pesan.

"Aku melakukan ini agar mereka dapat hidup tenang Dobe."

"Kau benar. Tetapi tidak ada salahnya pulang sesekali bukan. Ku dengar Sakura-chan sangat populer di kalangan pria."

Saringannya menatap tajam pada Naruto. Tetapi bahkan Naruto hanya terkekeh.

"Kau tahu mungkin saja Sakura akan tergoda pada salah satu diantaranya."

"Tidak. Aku percaya padanya."

"Huhh yakin sekali kau Teme. Pasti Sakura-chan akan memilih pria yang selalu ada dan tentunya mampu membuatnya meleleh."

Entah kenapa kini Sasuke mulai takut. Sedangkan Naruto diam-diam tertawa karena berhasil membuat Sasuke kepikiran.

"Apa maksudmu?"

"Yahh kau tahu para wanita saat ini begitu menyukai pria yang mempu membuatnya meleleh. Bahkan Hinata sangat menyukainya ketika aku melakukan hal itu."

Sasuke menatap Naruto tajam. Membuat Naruto hanya semakin semangat untuk memanasi sahabatnya.

"Mendekatlah aku akan memberitahu mu bagaimana caranya."

Hal selanjutnya yang membuat Naruto sangat ingin tertawa lebar adalah Sasuke yang benar-benar mendekat dan berusaha mendengarkan apa yang akan ia katakan. Setelahnya Naruto benar-benar membisikkan sesuatu atau katakan saja tips untuk membuat seorang wanita meleleh versi Naruto.




.
Real Fin.....

Post a Comment

0 Comments